Tuesday 28 July 2009

TITI KAMAL


Kurniati Kamalia
Born:
Jakarta, December 07, 1981

Biography:
Top Artists Kurniati Kamalia of a familiar disapa Titi Kamal, born in Jakarta, 7 December 1981. Titi’s career begins when a model pangung Juara I Cover Girl Aneka Yess 1997, and before the youngest child of five brothers started this star sinetron CINTA curtains, and followed STORY CINTA, gray flowers PADANG, Candle KECIL, PURA-PURA blind, and CINTA ANAK campus.

Daughter pair Moch. Kamal Badry and Elly Rosniati start reaching this world with the big screen star Tragedy (2001), ADA APA DENGAN CINTA (2002), EIFEL I’M IN LOVE (2003) and Mendadak Dangdut (2006).

Even in this film Mendadak Dangdut, Titi success with the song Dangdut Jablay (Rarely Dibelai) which is the film’s soundtrack album. Titi has a voice that hand to mouth ‘forced’ Dangdut sing some songs in the film director Rudi Sudjarwo landing it. Even though I had a PD, but beyond a doubt the community would welcome the good songs that do have lyrics in the lyrics-it.

Although the bands success and successful entry MTV award nominations, a former MTV Best Model in 2002, the claim is not interested in developing a career in the world pull the sound, especially music dangdut.Kini dara ayu that always appear with black hair legamnya this restaurant opened a fast service Sunda style front kitchen. Restaurant that is located on Jl. Ir.H. Juanda No.27, precisely at the State Palace, Jakarta, the shape is a dream become a business woman Titi.

Read More ..

Friday 24 July 2009

Camelia Malik


Camelia Malik (lahir di Jakarta, 22 April 1955; umur 54 tahun) adalah seorang penyanyi dangdut dan pemeran Indonesia. Mia, demikian biasa disapa, dijuluki sebagai "Diva Dangdut Jaipong". Hal ini karena tari jaipongan menjadi ciri khasnya saat membawakan lagu dangdut. Mia juga merupakan adik tiri dari musisi Ahmad Albar.


Awal Karir

Mia besar dalam lingkungan dunia perfilman. Ayahnya, Djamaludin Malik, adalah insan perfilman yang memiliki sebuah perusahaan film. Teman-teman ayahnya seperti Asrul Sani, Usmar Ismail, Fifi Young, dan Chitra Dewi, sering kumpul di rumah ayahnya. Mia mulai bermain film saat usianya baru 16 tahun. Film perdana dibintanginya bersama Rachmat Kartolo yaitu "Ratna".

Karir menyanyi

Awal karir artis berdarah Padang-Jawa-Arab ini di bidang tarik suara adalah pada awal 1970 saat suaminya (saat itu) Reynold Panggabean, menawarinya untuk menyanyikan lagu gubahannya, "Colak-colek". Lagu perdana Mia sukses besar dan melambungkan namanya pada deretan penyanyi top dangdut lainnya, seperti Rhoma Irama, Muchsin Alatas, Elvy Sukaesih, Rita Sugiarto dan Elya Kadham. Saat itu, musik dangdut yang kata sebagian orang “Musik Kampungan” mulai digemari masyarakat termasuk masyarakat Jepang dan Amerika Serikat. Hal itu bisa dibuktikan saat ia tampil dalam acara Live Show Camelia Malik di Shibuya Seed Hall, Tokyo, Jepang. "Telah Lahir Musik Baru", teriak histeris pemuda-pemuda Jepang, sambil bergoyang menikmati musik dangdut. Demikian pula di Kota San Fransisco, Los Angeles, dan New York.

Kesuksesan Album Colak Colek memperkokoh posisi Mia sebagai penyanyi dangdut. Bahkan lagu Colak Colek mendapat penghargaan dari Pusat Penerangan ABRI. Mia pun tampil membawakan lagu tersebut di Istora Senayan Jakarta. Dia tampil bersama Hetty Koes Endang, Elvy Sukaesih dan beberapa penyanyi yang sudah lebih dahulu terkenal. Mia pernah terpilih sebagai biduanita Melayu paling populer 1978 -1981.

Album-album Mia berikutnya antara lain Raba-raba, Ceplas-ceplos, Gengsi Dong, Wakuncar, Murah Meriah dan Colak Colek II. Album-album tersebut sukses di pasaran, bahkan banyak yang telah difilmkan. Selain aktif melatih vokal dan gaya panggung, Mia juga terus belajar di dunia yang pernah ditekuninya, film. Kemampuan akting Mia berkembang karena bantuan sutradara-sutradara yang mengarahkan film yang dibintanginya, terutama sutradara Nawi Ismail.

Dalam perjalanan karirnya, Mia pernah tampil dalam Festival Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) di Pangkal Pinang di penghujung tahun 2003. Ia juga telah berkolaborasi dengan banyak musisi dan penyanyi dangdut di antaranya Evie Tamala, Iis Dahlia, Rhoma Irama, Ahmad Albar, Muchsin Alatas, Elvy Sukaesih, Rita Sugiarto dan sebagainya. Mia sempat beberapa kali menciptakan tembang sendiri yang mengantarkannya menerima penghargaan sebagai penulis lagu terbaik versi Anugerah Dangdut TPI 1999.

Kehidupan Pribadi

Pernikahan Mia dengan salah seorang pendukung The Mercys, Reynold Panggabean, harus berakhir pada 2 Maret 1989, setelah bertahan selama 12 tahun.

Sekitar dua bulan setelah perceraiannya, Mia sudah dipersunting Harry Capri, seorang bintang film. Pernikahan tersebut dilakukan atas saran Rhoma Irama, yang sekaligus menjadi wali hakim dari Mia. Pertemuan Harry Capri dengan Mia terjadi saat pembuatan sinetron Rona-rona. Dalam perjalanan pernikahannya dengan Harry Capri, Mia sempat mengalami keguguran saat mengandung anak pertama. Namun akhirnya Tuahn menganugrahkan 2 orang anak kepada mereka.

Filmografi

* Pendekar Bambu Kuning (1971)
* Ratna (1971)
* Lorong Hitam (1971)
* Angkara Murka (1972)
* Laki-Laki Pilihan (1973)
* Batas Impian (1974)
* Mencari Ayah (1974)
* Para Perintis Kemerdekaan (1977)
* Colak-Colek (1979)
* Jangan Coba Raba-Raba (1980)
* Gengsi Dong (1980) - (bersama Warkop DKI)
* Nada-Nada Rindu (1987)
* Pacar Ketinggalan Kereta (1989)
* Jaka Swara (1990)
* Dalam Sinar Matamu
* Di Bawah Lindungan Ka'bah

Diskografi

* Colak-colek (1979)
* Raba-raba (1980)
* Ceplas-ceplos
* Gengsi Dong
* Wakuncar
* Murah Meriah
* Colak Colek II
* Rekayasa Cinta (2002)

Read More ..

Saturday 18 July 2009

PROFIL RIDHO RHOMA


Ridho
Muhammad Ridho Irama
Laki-Laki
Islam
Jakarta, 14 Februari 1989
Biografi :

Muhammad Ridho Irama atau lebih dikenal sebagai Ridho Irama adalah anak bungsu dari Raja Dangdut Indonesia, Rhoma Irama dengan sang istri Marwah Ali.

Tampaknya Ridho akan mengikuti jejak ayahnya untuk berkiprah menjadi penyanyi dangdut. Saat ini Ridho yang lahir di Jakarta, 14 Januari 1989 mulai diperkenalkan pada masyarakat dangdut Indonesia.

Pada acara tahun baru 2009 lalu, sang ayah, Rhoma, mengajak Ridho untuk tampil di panggung dangdut bersama dengan grup band Soneta.

Ridho telah jatuh cinta dengan musik dangdut sejak kecil dan sejak SMP kelas 3 telah naik panggung dangdut mendampingi ayahnya.

Untuk mengemas musik dangdut yang berbeda, Ridho membentuk grup band dangdut, Sonet 2, dan mulai meluncurkan album dangdut perdananya pada 22 Januari 2009. Bersama dengan Sonet 2, Ridho mengusung musik pop dangdut. Di album ini, keterlibatan sang raja dangdut masih cukup besar.



Read More ..

SONET 2 BAND

RIDHO RHOMA & SONET 2 BAND TAWARKAN KERINDUAN

Lagu berjudul "Kerinduan" dari Rhoma Irama yang didaur ulang dan dibawakan Ridho Rhoma & Sonet 2 Band semakin memantapkan gerakan Revolusi Dangdut ke-2. "Ayah memang masih banyak membantu proses kreatif saya," aku Ridho. Meskipun dia mengaku, juga memperoleh kesempatan menawarkan inovasi musiknya.


Ridho Rhoma & Sonet 2 Band-nya telah membuktikan kehandalan mereka sebagai generasi yang diandalkan melakukan Revolusi ke-2 musik dangdut. Lewat single hit "Menunggu", mereka berhasil meraih sedikitnya dua juta download Ring Back Tone. Tak tanggung-tanggung pula masih lewat bendera Falcon Music, album VCD/ DVD-nya terjual hingga 150 ribu kopi.

Ini merupakan prestasi spektakuler sebagai bintang yang baru tampil. "Kita memang menggarapnya dengan serius mulai dari proses rekaman, video klip hingga proses kelanjutannya," kata produser Falcon Music, HB Naveen. Klip Ridho Rhoma & Sonet 2 Band memberi warna berbeda, dibuat dengan film seluloid 35 mm.

Klip pertama yang menampilkan kondisi Ridho dalam keadaan koma, memiliki keterkaitan dengan klip lagu "Kerinduan". Pada lagu kedua, digambarkan flash back yang menyebabkan kondisi Ridho tersebut. "Ini akan ditutup dalam trilogy yang berkesinambungan," kata HB Naveen lagi.

Read More ..

Tuesday 14 July 2009




Read More ..

BUNGA SEDAP MALAM (Hj. VERONICA)-MP3

Read More ..

FIRMAN TUHAN (RHOMA IRAMA )-MP3

Read More ..

SENI (RHOMA IRAMA) - MP3

Read More ..

BIMBANG (ELVY SUKAESIH) - MP3

Read More ..

Iis Dahlia


Iis Dahlia (lahir di Bongas, Indramayu, Jawa Barat tanggal 29 Mei 1972) adalah seorang penyanyi dangdut yang juga permain sinetron Indonesia. Penyanyi yang mempunyai nama asli Iis Lailiyah ini lahir dari pasangan Makmuri dan Qomariyah. Lagu Iis yang terkenal antara lain, "Tamu Tak Diundang", dan "Bunga Seroja."

Sejak masih kecil Iis sangat suka menyanyi dan bercita-cita menjadi penyanyi. Bahkan saat masih duduk di bangku kelas 4 SD, Iis telah tampil di panggung menyumbangkan lagu dengan iringan organ tunggal dalam pesta perkawinan atau perayaan 17 Agustus. Pada masa itu, Elvy Sukaesih sedang naik daun, dan nama Evie Tamala baru mu­lai merambat naik.

Demi meraih cita-citanya sebagai penyanyi, Iis melanjutkan SMP-nya di Bandung. Selain sekolah, Iis juga les vokal di HAPMI (Himpunan Artis Penyanyi dan Musisi Indonesia). Ia belajar pada Jajat (almarhum), vokalis grup band Paramour. Salah seorang peserta les vokal di tempat ini, yang akhirnya berhasil menjadi penyanyi kenamaan adalah Inka Christie. Namun Bandung belum memuaskan keinginan Iis. Akhirnya dia hijrah ke Jakarta saat naik ke kelas 2 SMP.

Iis mulai menyanyi di Taman Impian Jaya Ancol setiap malam Minggu dan mendapat honor sebesar Rp90.000 setiap bulannya. Iis masih berusia 14 tahun kala itu. Tidak lama setelah dikontrak sebagai penyanyi tetap di Ancol, Iis kemudian juga dikontrak menjadi penyanyi tetap di Taman Ria Monas dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Perjuangan Iis agar dapat menajdi penyanyi profesional sangat berliku. Iis pernah ditipu saat ingin mengikuti tes acara Wajah Baru di TVRI, satu-satunya stasiun teve yang ada di Indonesia saat itu. Uang sebesar RP800.000 (jumlah yang sangat besar saat itu) amblas ditilep seorang wanita yang mengaku mampu menyertakan Iis dalam acara tersebut. Namun Iis tak pantang menyerah. Akhirnya tahun 1990, Iis mendapat kesempatan tampil dalam acara Wajah Baru di TVRI. Dari acara inilah akhirnya Iis ditawari kontrak untuk membuat delapan album rekaman sekaligus. Meski sempat ragu karena rekaman yang dimaksud adalah un­tuk album lagu-lagu dangdut, Iis menanda­tangani surat perjanjian kontrak rekaman itu. Untuk setiap al­bum Iis dibayar Rp750.000 dan produser langsung melunasi pembayaran kontrak untuk delapan album itu.

Album pertama Iis tidak sukses, meski ia mengubah namanya menjadi Iis Dahlia agar terdengar lebih komersial. Namun berkat lagu "Tamu Tak Diundang" dalam album keduanya, nama Iis langsung melambung. Konon penjualan album keduanya ini menembus angka satu juta kopi. Iis juga dianggap sebagai penyanyi dangdut yang ikut "menaikkan kelas" musik dangdut di mata masyarakat, di samping Evie Tamala, Ikke Nurjanah, dan Cici Paramida. Hal ini karena penampilan Iis terkesan kalem tapi berkelas, kostum yang tidak berlebihan, dan goyangan yang tidak seronok. Penampilan dan reputasi mereka tak kalah dengan penyanyi-penyanyi pop atau jazz.

Penghargaan pertama yang diterima Iis adalah HDX Award (1992). Ini untuk menghargai penjualan album Iis yang berhasil mencapai jumlah tertinggi pada tahun itu. Suatu prestasi yang tak gampang diraih, karena selama bertahun-tahun posisi itu selalu ditempati Itje Tresnawati. Iis juga mendapat penghargaan saat ajang Anugerah Dangdut TPI (ADTPI) 1997 dinobatkan menjadi Penyanyi Wanita Dangdut Terbaik menyingkirkan Ikke Nurjanah dan Cici Paramida.

[sunting] Karir sinetron

Selain menyanyi, Iis pun menjajal dunia seni peran. Beberapa sinetron telah dia bintangi antara lain, Sepekan Sinetron Remaja TVRI (1991), Mata Hati, Seroja (13 episode), Gara-gara, sinetron Ramadhan "Padamu Aku Bersimpuh", dan serial drama "Tiga Perempuan" bersama Christine Hakim.

[sunting] Kehidupan pribadi

Iis menikah dengan Dadang Indrajaya seorang pengusaha yang sudah duda. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang anak perempuan Salsabilla Juwita (lahir 14 Juni 1998). Pernikahan ini tidak berlangsung lama. Mereka akhirnya bercerai. Iis pun menikah lagi dengan seorang pilot, Satrio Dewandono, yang biasa disapa Andri. Pernikahan keduanya mendapatkan seorang anak Devano.

Iis juga salah satu selebriti Indonesia yang peduli pada lingkungan. Salah satu albumnya, Dangdut Samudera (2004), sebagian besar lagunya bertemakan konservasi kelautan Indonesia. Album ini merupakan kerja samanya dengan pedangdut Tito S. Ismail, yang merupakan adik kandung mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Rokmin Dahuri.

Read More ..

MUSIK DANGDUT

Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia artis. Bentuk musik dangdut ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat pada dangdut indonesia pada indonesian artis dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya.

Sejak tahun 1970-an kumpulan artis dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, penyanyi dangdut dan artis dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.

Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer di kalangan masyarakat kelas pekerja saat itu. Hingga saat ini juga sudah banyak managemen artis atau manajemen artis lagu dangdut di Indonesia

Musik dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan sentuhannya.

Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari Sumatera (sekitar Medan). Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden SukarnoP. RamleeMalaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India), Husein Bawafie sang pencipta Boneka dari India, Munif Bahaswan, serta M. Mashabi menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti (dari (pencipta skor film "Ratapan Anak Tiri" yang sangat populer di tahun 1970-an).

Gaya bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan Rhoma Irama. Beberapa nama artis dangdut dan penyanyi dangdut dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya dan managemen artis atau manajemen artis pada saat itu.

Lagu dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, terompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya. Mandolin juga masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut terbaru. Tahun 1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut mania dan musik rock dalam merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser 'duel' antara Soneta Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya.

Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi kumpulan dangdut humor yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut Indonesia di kalangan mahasiswa. Subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).

Read More ..

ELVY SUKAESIH


BIODATA

Nama : Elvy Sukaesih

Lahir : Jakarta, 25 Juni 1951

Suami : Zaidun Zeth

Anak : Haedar, Fitri, Ali Zaenal Abidin, Syechans, Wirdha Sylvina, dan Dhawiya

Ayah : Mohammad Ali

Ibu : Rohayah Asiah

Pendidikan :

* SD
* SMP Srikandi, Jakarta (1964)

Pekerjaan :

* Penyanyi dangdut
* Pemain film

Organisasi : Ketua Ikatan Artis Dangdut Indonesia (IKARDI)

Film :

* Karena Penasaran
* Tuyul
* Irama Cinta
* Senggol-Senggolan
* Cubit-Cubitan
* Mana Tahan

Kegiatan Lain : Direktur PT Mahkota Jaya Utama (1982 s/d sekarang)

Alamat Rumah : Jalan Usaha 18, Cawang, Jakarta Timur

Alamat Kantor : PT Mahkota Jaya Utama Jalan Usaha 18, Jakarta Timur, Telp : 021-801214


BIOGRAFI

Elvy Sukaesih lahir tanggal 25 Juni 1951 di Jakarta, adalah salah satu penyanyi dangdut Indonesia yang legendaris dan dijuluki sebagai "Ratu Dangdut". Ia mulai menyanyi sejak di bangku kelas 3 SD. Elvy menikah pada usia muda dengan pemuda keturunan Arab, Zaidun Zeth.

Pada awal tahun 1970-an, Elvy menjadi penyanyi pendamping Rhoma Irama pada Orkes Melayu (OM) Soneta. Setelah itu pada tahun 1975, Elvy mulai bersolo karir dan tetap eksis pada musik dangdut hingga sekarang. Sampai sekarang Elvy adalah salah satu penyanyi dangdut dengan kualitas suara terbaik.

Untuk bisa ikut kenduri, Elvy berjanji kepada ayahnya, Muhamad Ali seorang pemain orkes gambus untuk bersedia menyanyi. Elvi yang saat itu masih berusia 13 tahun berhasil menghibur para undangan

Sepanjang tahun 70-an dan 80-an, Elvy mendapat julukan ratu dangdut. Nama top-nya Elvi Sukaesih. Sepanjang kariernya, Elvi pernah didukung oleh banyak grup Orkes Melayu (OM), seperti OM Pancaran Muda, OM Sahara, OM Omega, El Sitara, OM Purnama, OM Soneta, dan OM Purnama. Sebenarnya, Elvi bisa menyanyi pop, gambus, rock, atau lainnya. Tidak hanya menyanyi, Elvy juga bermain dalam film-film yang tidak lepas dari dangdut. Film yang berjudul Karena Penasaran, Tuyul, Irama Cinta, Senggol-Senggolan, Cubit-Cubitan, Mana Tahan adalah sebagian di antaranya.

Sebagian penghasilan dimanfaatkan Elvy untuk mendirikan PT Mahkota Jaya Utama, yang dikelola oleh suaminya. Usaha ini bergerak dalam bidang pemanduan bakat dan mempromosikan penyanyi-penyanyi baru.

Read More ..

RHOMA IRAMA


RAJA DANGDUT

Amerika boleh punya King of Rock ataupun King of Pop, tapi Indonesia juga tidak kalah karena kita punya Raja Dangdut: Rhoma Irama, Sang Satria Bergitar Legenda.

Sedari kecil, Rhoma sudah menunjukkan musikalitas yang luar biasa. Dia suka melantunkan lagu "No Other Love" kesukaan ibunya. Bahkan konon sewaktu dia masih bersekolah di Tasikmalaya, satu kelas menjadi kosong karena pindah ke kelas lain untuk menyaksikan Rhoma beraksi menyanyi. Bakat musiknya sedikit banyak merupakan warisan dari Ayahnya yang mahir bermain suling dan menyanyikan lagu-lagu Cianjuran. Pamannya, Arifin Ganda, juga turut andil dalam memupuknya dengan memperkenalkan lagu-lagu Jepang saat Rhoma masih kecil.

Salah satu prestasi musiknya yang cukup menonjol saat masih kecil adalah ketika dia menarik perhatian seorang musisi senior pada jaman itu, Bing Slamet, saat membawakan sebuah lagu barat pada pesta di sekolahnya. Karena itulah, pada waktu Rhoma masih duduk di kelas 4 SD, Bing Slamet membawanya untuk tampil pada sebuah pertunjukan di Gedung Serikat Buruh Kereta Api (SBKA).

Sosok kharismatis yang akrab disapa sebagai Bang Haji ini lahir pada 11 Desember 1946 di Tasikmalaya. Putra dari pasangan Raden Burdah Anggawiya dan Tuti Juariah, dia adalah anak kedua dari empat belas bersaudara.


Terlahir dengan nama Irama, pemberian sang ayah yang kagum atas kelompok sandiwara Irama Baru yang pernah menghibur pasukan pimpinan beliau, dia sering dipanggil Oma sedari kecil, dan saat digabungkan dengan gelar Raden dan Haji yang dimilikinya, jadilah nama panggungnya yang dikenal semua kalangan, R. H. Oma Irama, alias Rhoma Irama.

Kecintaan sekaligus keprihatinannya pada musik Orkes Melayu (akar dari musik dangdut) yang termarginalisasi oleh gelombang musik Rock mendorong Rhoma Irama membentuk Soneta Group yang beranggotakan delapan personel pada 11 Desember 1970. Soneta berambisi untuk membuat revolusi musik di mana Orkes Melayu bisa berdiri sejajar dengan jenis musik lainnya.

Bersama Soneta Group, Rhoma sukses merombak citra musik dangdut (orkes melayu), yang tadinya dianggap musik pinggiran menjadi musik yang layak bersaing dengan jenis-jenis musik lainnya. Keseluruhan aspek pertunjukan orkes melayu dirombaknya, mulai dari penggunaan instrumen akustik yang digantinya dengan alat musik elektronik modern, pengeras suara TOA 100 Watt yang diganti dengan sound system stereo berkapasitas 100.000 Watt, pencahayaan dengan petromaks atau lampu pompa digantinya dengan lighting system dengan puluhan ribu Watt, begitu juga dengan koreografi serta penampilan yang lebih enerjik dan dinamis di atas panggung. Kesuksesannya bersama Soneta untuk merevolusi orkes melayu menjadi dangdut itulah yang menyebabkan seorang sosiolog Jepang, Mr. Tanaka, menyatakan Rhoma sebagai "Founder of Dangdut".

Nama dangdut sendiri yang tadinya merupakan cemoohan atas musik orkes melayu berdasarkan suara gendangnya, justru diorbitkan Rhoma Irama pada tahun 1974 dengan menjadikannya sebagai sebuah lagu: Dangdut (yang kini lebih populer dengan nama Terajana). Rhoma juga semakin mengukuhkan predikat dangdut sebagai musik yang bisa diterima semua kalangan lewat lagunya "Viva Dangdut" yang dia ciptakan tahun 1990.

Bersama Soneta Group, Rhoma mewakili musik dangdut dalam konser perdamaian di Istora Senayan, berbagi panggung dengan Ahmad Albar dan God Bless sebagai representatif musik rock. Konser tersebut berhasil mendamaikan perseteruan yang selama itu terjadi antara kubu musik dangdut dan musik rock.

Duetnya dengan Elvy Sukaesih mengantarkan keduanya kepada puncak popularitas. Lagu-lagu mereka seperti "Janda Atau Perawan" dan "Penasaran" masih dikenal hingga saat ini. Bahkan, begitu serasinya duet keduanya, membuat Rhoma mendapat gelar Raja Dangdut, sementara Elvy yang menjadi Ratu Dangdutnya.

Rhoma juga berhasil mewujudkan impiannya untuk berduet bersama penyanyi idolanya sedari kecil, seorang Mahabintang dalam dunia musik India yang telah menjual dua milyar rekaman, Latha Mangeshkar, dan tercantum namanya di Guinness Book of Records.

Sukses mengangkat derajat musik dangdut, Rhoma dan Soneta melanjutkan perjuangan memasuki bidang dakwah dan syiar Islam. Dengan konsep Sound of Moslem, lirik-lirik lagu Soneta senantiasa diisi pesan moral yang sarat nilai-nilai Islami. Rhoma percaya bahwa musik bukanlah sekedar sarana untuk hura-hura belaka, namun merupakan sebuah pertanggungjawaban kepada Tuhan dan manusia, dengan kekuatan untuk mengubah karakter seseorang, bahkan karakter sebuah bangsa.

Rhoma melakukan dakwah Islam tidak hanya lewat musik, tapi juga lewat film-film layar lebar bernuansa musikal yang dibintanginya. Salah satu filmnya yang berjudul "Nada Dan Dakwah" (1991) dengan jelas menggambarkan nafas perjuangan Rhoma.

Lewat "Nada dan Dakwah", Rhoma juga mendapatkan nominasi aktor pemeran utama terbaik untuk FFI 1992.

Pada tahun 1992 juga, Rhoma mendapatkan pengakuan dari dunia musik Amerika, saat majalah Entertainment edisi Februari tahun tersebut mencantumkannya sebagai "Indonesian Rocker". Album berisikan lagu Rhoma mendapat ulasan sebagai alunan musik yang seolah datang dari planet lain, dan mendapatkan predikat A+ yang sangat istimewa.

Terkadang Rhoma berseberangan dengan pemerintah saat melakukan kritik sosial untuk menggugat kebijakan yang dianggapnya kurang sesuai dengan kaidah agama, seperti legalisasi Porkas dan SDSB. Lagu-lagu seperti "Pemilu" dan "Hak Asasi" (1977), "Sumbangan" dan "Judi" (1980), serta "Indonesia" (1982) sarat kritik dan sentilan, sehingga dia sempat diinterogasi pihak militer di era Orde Baru, dan dicekal tampil di TVRI selama 11 tahun lamanya.

Rhoma juga pernah duduk sebagai wakil rakyat dalam DPR. Untuk membuat syiar dan dakwahnya lebih efektif, dia menggandeng partai-partai politik yang punya jalur, jangkauan, serta akses yang luas.

Rhoma juga berpartisipasi aktif dalam menggunakan jalur politik untuk syiar dan dakwah, dengan turut mengusulkan beberapa butir Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUUPP) ke DPR.

Rhoma tidak hanya mencurahkan perhatiannya pada dakwah dan syiar, tapi dia juga peduli dengan nasib sesama musisi, terutama mereka yang berkecimpung dalam dunia Dangdut. Dia mendirikan PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Dangdut Indonesia) dan menjabat sebagai Ketua Umumnya. Dia juga memimpin pendirian AHDCI (Asosiasi Hak Cipta Musik Dangdut Indonesia) untuk memperjuangkan hak atas pembagian royalti yang lebih baik untuk para pencipta musik Dangdut.


Kepedulian Sang Raja Dangdut akan masalah dan bencana yang menimpa saudara-saudara sebangsanya juga sangat tinggi. Rhoma bersama PAMMI aktif dalam menggalang dana untuk membantu korban gempa dan tsunami di Aceh. Secara pribadi, Rhoma menyumbangkan gitarnya untuk dilelang, dan laku terjual seharga Rp 150 juta, yang kira-kira setara dengan beras 10 truk.

Kiprah dan dedikasi Sang Legenda juga diakui dunia, terbukti dengan gelar Professor Honoris Causa dalam bidang musik yang diterimanya dari dua universitas yang berbeda, yaitu dari Northern California Global University dan dari American University of Hawaii, keduanya dari Amerika.

Pada 16 November 2007, Rhoma menerima penghargaan sebagai 'The South East Asia Superstar Legend' di Singapura. Mengakhiri tahun 2007 ini, Rhoma akan menerima Lifetime Achievement Award pada penyelenggaran perdana Anugrah Musik Indonesia (AMI) Dangdut Awards, yang akan dilangsungkan di Theater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, pada 23 Desember 2007. Nama Rhoma sendiri akan diabadikan sebagai nama piala untuk 6 kategori permainan instrumen musik Dangdut.

Rhoma telah menciptakan lebih dari 500 lagu Dangdut, dan dia juga memperoleh predikat pencipta lagu Dangdut terlaris.

Read More ..

Tuesday 7 July 2009

Read More ..
Template Design by Free template